Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Di hari yang membahagiakan ini, kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
pengasih, kita panjatkan puji dan syukur atas izin, rahmat, dan
karunia-NYA, kita semua berkesempatan untuk merayakan Hari Pendidikan
Nasional ini.
Di Hari Pendidikan Nasional ini, atas nama pemerintah, izinkan saya
menyampaikan appresiasi pada semua pihak, pada semua pelaku pendidikan
dimanapun berada, yang telah mengambil aktif untuk mencerdaskan saudara
sebangsa. Untuk para pendidik disemua jenjang, yang telah bekerja keras
membangkitkan potensi peserta didik menjadi manusia berkarater mulia,
yang mampu meraih cita-cita dan pembelajar sepanjang hidup, terimalah
salam hormat dan apresiasi dari kita untuk kita semua.
Bapak, Ibu, dan hadirin yang mulia
Republik tercinta ini digagas oleh anak-anak muda terdidik dan
tercerahkan. Pendidikan telah membukakan mata dan kesadaran mereka untuk
membangun sebuah negeri yang bhineka yang modern. Sebuah negara yang
berakar pada adat dan budaya bangsa nusantara, beralaskan semangat
gotong royong, tetapi tetap mengedepankan dan menumbuhkembangkan prinsip
kesejajaran dan kesatuan sebagai sebuah negara modern.
Pendidikan telah membukakan pintu wawasan, menyalakan cahaya
pengetahuan, dan menguatkan pilar ketahanan moral. Persinggungan dengan
pendidikanlah yang telah memungkinkan para perintis kemerdekaan untuk
memiliki gagasan besar yang telah melampaui zamannya. Gagasan dan
perjuangan yang membuat Indonesia dijadikan sebagai rujukan
bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Dunia terpesona pada Indonesia, tidak
saja karena keindahan alamnya, atau keramahan penduduknya, atau
keagungan budayanya, tapi juga karena deretan orang-orang terdidik yang
berani mengusung ide-ide terobosan dengan ditopang pilar moral dan
intelektual.
Indonesia adalah negeri penuh berkah. Ditanah ini, setancapan ranting
bisa tumbuh menjadi pohon yang rindang. Alam subur, laut melimpah,
apalagi bila melihat mineral, minyak, gas, hutan, dan semua deretan
kekayaan alam. Indonesia adalah wajah cerah khatulistiwa. Namun, kita
semua harus sadar bahwa aset terbesar Indonesia bukan tambang, bukan
gas, bukan minyak, bukan hutan, ataupun segala hasil bumi; aset terbesar
bangsa ini adalah manusia Indonesia. Tanggung jawab kita sekarang
adalah mengembangkan kualitas manusia Indoensia.
Manusia yang terdidik dan tercerahkan adalah kunci kemajuan bangsa.
Jangan sesekali kita mengikuti jalan pikir kaum kolonial dimasa lalu.
Fokus mereka, kaum kolonial itu adalah pada kekayaan alam saja dan tanpa
peduli kualitas manusianya. Kaum kolonial memang datang untuk mengeruk
dan menyedot isi bumi Nusantara, menguras hasil bumi Nusantara. Karena
itu, mereka tidak peduli, mereka peduli dan tahu persis data kekayaan
alam kita, tetapi mereka tidak pernah peduli dengan kualitas manusia di
Nusantara.
Kini kita sudah 70 tahun merdeka. Kemerdekaan itu bukan hanya untuk
menggulung kolonialisme, melainkan juga untuk menggelar kesejahteraan
dan keadlian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai kita
hanya tahu tentang kekayaan alam, tetapi tidak tahu kualitas manusia di
negeri kita. Kita harus berkonsentrasi pada peningkatan dan pengembangan
kualitas manusia. Kita tidak boleh mengikuti jalan berpikir kaum
kolonial yang fokus hanya pada kekayaan alam saja, tetapi–sekali lagi
tegaskan–melupakan soal kualitas manusia.
Mari kita jawab, tahukah kita berapa jumlah sekolah, jumlah guru,
jumlah siswa, jumlah perguruan tinggi di daerah kita? Tahukah kita
berapa banyak anak-anak di wilayah kita yang terpaksa putus sekolah?
Tahukah kita tentang kondisi guru-guru di sekolah yang mengajar
anak-anak kita? Tahukah kita tentang tantangan yang dihadapi oleh kepala
sekolah dan guru untuk memajukan sekolahnya?
Lebih jauh lagi, berjuta jumlahnya putra-putri Indonesia yang kini
telah berhasil meraih kesejahteraan. Pada kita yang telah sejahtera itu,
jelas terlihat bahwa pendidikan adalah hulunya. Karena pendidikanlah,
maka terbuka peluang hidup lebih baik. Pendidikan itu seperti tangga
berjalan yang mengantarkan kita meraih kesejahteraan yang jauh lebih
baik. Pertanyaannya, sudahkah kita menengok sejenak pada dunia
pendidikan yang telah mengantarkan kita sampai pada kesejahteraan yang
lebih baik? Pernahkan kita mengunjungi sekolah kita dulu? Pernahkah kita
menyapa, bertanya, kabar dan kondisi, serta berucap terima kasih pada
guru-guru yang mendidik kita dulu? Bagi kita yang kini telah berkiprah
di luar dunia pendidikan, mari kita luangkan perhatian. Mari ikut
terlibat, memajukan pendidikan. Mari kita ikut iuran untuk membuat
generasi anak-anak kita bisa meraih yang jauh lebih baik dari yang
berhasil diraih oleh generasi kita ini. Dan iuran, paling mudah adalah
kehadiran. Datangi sekolah, datangi guru, datangi anak-anak pelajar,
lalu terlibat untuk berbagi, untuk menginspirasi, dan terlibat untuk
ikut memajukan dunia pendidikan kita.
Bapak, Ibu, dan hadirin yang mulia
Wajah masa depan kita berada di ruang-ruang kelas, memang. Akan
tetapi, hal itu bukan berarti bahwa tanggung jawab membentuk masa depan
itu hanya berada dipundak pendidik dan tenaga kependidikan di Institusi.
Secara konstitusional, mendidik adalah tanggung jawab negara. Namun,
secara moral, mendidik, adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.
Mengembangkan kualitas manusia Indonesia harus dikerjakan sebagai sebuah
gerakan bersama. Semua harus ikut peduli, bahu-membahu, saling
mensokong, dan topan, untuk memajukan kualitas manusia Indonesia lewat
pendidikan.
Oleh karena itu, Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian, peringantan Hari
Pendidikan Nasional tahun ini kita mengambil tema “Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi
Berkarater Pancasila”.
Kata kunci dari tema tersebut, adalah “Gerakan”. Pendidikan harus
dipandangi sebagai ikhtiar kolektif seluruh bangsa. Karena itu,
pendidikan tidak bisa dipandang sebagai sebuah program semata. Kita
harus mengajak semua elemen masyarakat untuk terlibat. Kita mendorong
pendidikan menjadi gerakan semesta, yaitu gerakan, yang melibatkan
seluruh elemen bangsa: masyarakat merasa memiliki, pemerintah
memfasilitasi, dunia bisnis peduli, dan ormas/LSM mengorganisasi.
Berbeda dengan sekedar “program” yang “perasaan memiliki atas kegiatan”
hanya terbatas pada para pelaksana program, sebuah “gerakan” justru
ingin menumbuhhkan rasa memiliki pada semua kalangan. Mari kita ajak
semua pihak untuk merasa peduli, untuk merasa memiliki atas problematika
pendidikan agar semua bersedia menjadi bagian dari ikhtiar untuk
menyelesaikan problematika itu.
Gerakan pencerdasan dan penumbuhan generasi berkarakter pancasila
adalah sebuah ikhtiar mengembalikan kesadaran tentang pentingnya
karakter pancasila dalam pendidikan kita. Sudah digariskan bahwa
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada tuhan.
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab. Itulah karakter pancasila, yang menjadi tujuan Pendidikan
Nasional kita.
Menumbuhkembangkan potensi anak didik seperti itu memerlukan
karakteristik pendidik dan suasana pendidikan yang tepat. Di sinilah
Bapak, Ibu, dan Hadirin sekalian, peringatan Hari Pendidikan Nasional,
menjadi amat relevan untuk mengingatkan kembali tentang karakteristik
pendidik dan suasana pendidikan. Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini
tidak bisa lepas dari sosok dari Ki Hajar Dewantara, yang pada tanggal 2
Mei merupakan hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia itu.
Ki Hajar Dewantara menyebut sekolah dengan istilah “taman”. Taman
merupakan tempat belajar yang menyenangkan. Anak datang ke taman dengan
senang hati, berada di taman juga dengan senang hati, dan pada saat
harus meninggalkan taman anak-anak akan merasa berat hati.
Pertanyaannya, sudahkah sekolah kita menjadi seperti taman? Sudahkah
sekolah kita menjadi tempat belajar yang menyenangkan?
Sekolah menyenangkan memiliki berbagai karakater, diantaranya adalah
sekolah yang melibatkan semua komponennya baik guru, orang tua, siswa
dalam proses belajarnya; sekolah yang pembelajarannya memiliki ragam
pilihan dan tantangan, dimana individu diberikan pilihan dan tantangan
sesuai dengan tingkatannya; sekolah yang pembelajarannya memberikan
makna jangka panjang bagi peserta didiknya. Pendidikan yang
menumbuhkembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan berkarakter
Pancasila.
Ikhtiar besar kita untuk pendidikan ini hanya akan bisa terwujud
apabila kita semua terus bekerja keras dan semakin membuka lebar-lebar
partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pendidikan. Mulai hari
ini, kita harus mengubah perspektif bahwa pendidikan bukan hanya urusan
kedinasan di pemerintahan, melainkan juga urusan kita dan ikhtiar
memajukan pendidikan adalah tanggung jawab kita semua.
Mari kita teruskan kerja keras, kerja bersama ini. Semoga Allah SWT,
Tuhan yang Mahakuasa, selalu membimbing kita agar dapat meraih dan
melampaui cita-cita bangsa kita tercinta. Amin
Selamat Hari Pendidikan Nasional, Jayalah Indonesia!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar