My Widget

Kamis, 30 April 2015

LAGU TERBARU

DOWNLOAD LAGU TERBARU
CITA CITATA-SAKITNYA TUH DISINI

ARTIKEL PENDIDIKAN

Pendidikan Bukan Pencitraan

pendcitra
Apakah pendidikan kita selama ini telah berhasil? Suatu pertanyaan yang terkesan sinis seolah tak menghargai kerja keras pemerintah dan masyarakat yang telah bersusah payah membangun dan mengembangkan pendidikan sesuai amanat konstitusi.
Pertanyaan ini seharusnya tak muncul seandainya negara berhasil menyelenggarakan pendidikan berdasarkan amanat konstitusi, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tampaknya negara mengalami kesulitan dalam memaknai kata-kata mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga arah pendidikan di semua jenjang dan jalur menjadi tak jelas dan belum dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tolok ukur keberhasilan pendidikan tidak serta-merta mencerdaskan kehidupan bangsa, padahal penganggaran pendidikan sangat ditentukan tolok ukur ini. Pendidikan dasar dan menengah menggunakan tolok ukur antara lain angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) serta ujian nasional (UN) dan akreditasi sekolah. Pendidikan tinggi menggunakan tolok ukur antara lain APK, peringkat akreditasi, publikasi ilmiah, peringkat internasional, dan jumlah anggaran.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah menerbitkan sejumlah standar pendidikan dan sejumlah peraturan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan kita, baik di tingkat dasar menengah maupun tinggi, selalu digaungkan dengan gencar supaya masyarakat memahaminya. Perkataan mutu jadi sedemikian penting bagi para pemangku kepentingan pendidikan sehingga seluruh daya upaya diarahkan ke mutu pendidikan.
Persoalan yang mendasar adalah belum adanya pemahaman yang hakiki mengenai mutu pendidikan. Mutu pendidikan secara pragmatis diwujudkan dalam bentuk akreditasi sekolah dan akreditasi perguruan tinggi, padahal definisi mutu hakiki adalah jauh lebih dalam dan mendasar dibandingkan akreditasi. Definisi mutu pendidikan yang hakiki adalah pendidikan yang mampu memberdayakan individu maupun kelompok individu serta masyarakat pada umumnya. Mutu pendidikan sering kali dikaitkan dengan hasil UN sekolah maupun peringkat universitas tingkat nasional dan internasional.
Dengan pemahaman mutu pendidikan seperti itu, sekolah dan perguruan tinggi berlomba-lomba meraih peringkat lebih tinggi dalam akreditasi dan nilai tertinggi dalam UN. Upaya mencapai itu semua tak mudah dan perlu dukungan finansial yang besar, bahkan seluruh daya upaya dikerahkan untuk mencapai akreditasi dan peringkat yang tinggi. Pertanyaannya, apakah akreditasi dan peringkat yang tinggi akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemajuan bangsa Indonesia?
Pengalaman menunjukkan bahwa akreditasi dan peringkat lembaga pendidikan lebih memberikan manfaat bagi lembaga itu sendiri ketimbang bagi masyarakat sebagai pemangku kepentingan utama pendidikan. Dengan akreditasi dan peringkat yang tinggi, lembaga pendidikan tersebut dengan mudah merekrut calon peserta didik terbaik, merekrut guru dan dosen terbaik, memperoleh insentif pendanaan lebih tinggi, memperoleh pengakuan dari masyarakat, dan lain-lain. Dengan demikian, lembaga pendidikan itu punya peluang mempertahankan status, bahkan mungkin dapat meningkatkannya. Apakah dengan tingginya peringkat dan akreditasi, tujuan pendidikan sesuai amanat konstitusi berhasil dicapai?

BELAJAR KIMIA BAB HIDROLISIS

BELAJAR KIMIA KELAS 11

Selasa, 07 April 2015

PUISI (AKU MOHON)

Aku Mohon

Memanggil namamu
Tak kudengar suaramu
Lembayung nafas cintamu
Tak terpatri dalam jiwaku
Mengalun sendu pilu
Meneriaki dengan pelan: ya sudahlah…

Tinta kesabaranku telah habis
Tak berbekas dalam lembaran asa
Terurai menorah duka
Usangnya jiwaku turut mendukung

Pun telaga harapan jadi kering
Ditimba emosi egoisme
Nadir terbang dibawa angin
Tak kuasa aku menahannnya
Tak kuat aku mengenggamnya
(sembari hati memohon)

Resep Masakan Mie Ayam Panggang


Resep Masakan Mie Ayam Panggang
HarianDepok.com – Resep Masakan – Semangkok mie ayam panggang nan menggiurkan ini bisa menjadi pilihan menu yang pas. Minya yang lembut dan ayam panggang merah dari angkak terasa kompak menyatu dalam kuah kaldu ayam yang gurih.
Bahan-bahan/bumbu-bumbu:
Bahan Mi:
4 gulung mi ayam siap pakai, diseduh
4 sendok teh minyak ayam
1 sendok teh kecap asin
1 sendok teh kecap ikan
100 gram caisim, diseduh, dipotong-potong
2 batang daun bawang kecil, diiris untuk taburan
Bahan Ayam Panggang:
2 buah paha ayam fillet
1/2 sendok teh air jeruk nipis
1/2 sendok teh garam
1/4 sendok teh merica bubuk
2 sendok teh angkak
1/2 buah bawang bombay, cincang halus
2 sendok makan saus tiram
1/2 sendok teh bumbu ngohyong
2 sendok makan gula pasir
2 sendok teh minyak wijen
1 sendok teh tepung sagu dan 1 sendok teh air, dilarutkan
Bahan Kuah:
1.000 ml kaldu ayam
3 siung bawang putih, digoreng utuh, dimemarkan
2 1/2 sendok makan garam
1/4 sendok teh merica bubuk
1 batang daun bawang iris halus untuk taburan
Cara membuat mi ayam panggang:
  1. Lumuri ayam dengan air jeruk nipis, garam, dan merica bubuk. Tusuk – tusuk dengan garpu. Diamkan 15 menit.
  2. Seduh angkak dengan 100 ml air mendidih. Buang airnya. Lakukan penyeduhan dua kali lagi. Buang airnya. Haluskan angkak.
  3. Campur rata angkak, bawang bombay, saus tiram, bumbu ngohyong, gula pasir, minyak wijen, dan larutan tepung sagu. Tambahkan ayam. Aduk rata sampai terbalut bumbu. Tusuk-tusuk dengan garpu. Diamkan 1 jam dalam lemari es.
  4. Letakkan ayam dalam loyang yang dialasi aluminium foil dan dioles tipis minyak.
  5. Oven dengan api bawah suhu 180 derajat Celsius 45 menit sambil dibolak – balik sampai matang.
  6. Kuah, rebus kaldu ayam, bawang putih goreng, garam, merica bubuk sampai mendidih.
  7. Aduk rata satu gulung mi ayam dengan 1 sendok teh minyak ayam, 1/4 sendok teh kecap asin, dan 1/4 sendok teh kecap ikan.
  8. Sajikan mi ayam yang sudah dibumbui bersama irisan ayam, caisim, kuah, dan taburan daun bawang.
Untuk 4 porsi